Friday, September 18, 2015

Meraih Kemuliaan di 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah


Alhamdulillah, kita telah berada di awal bulan Dzulhijjah. Hari yang sangat kita nanti, karena sepuluh hari pertama di bulan ini merupakan hari-hari yang sangat diagungkan,banyak keberhkahan dan kemuliaan yang dapat kita raih sebagai bekal terbaik kita di akhirat kelak. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengkhususkan 10 hari pertama di bulan ini dengan berbagai keutamaan, menjadikan hari-hari ini sebagai hari-hari yang paling baik sepanjang tahun (khairu Ayyam as Sanah), karenanya Allah Jalla wa ‘Alaa bersumpah menegaskan kemuliaan dan keagungannya:

وَالْفَجْرِ (1) وَلَيَالٍ عَشْرٍ (2)

Demi fajar, dan malam yang sepuluh.” (Q.S. Al Fajr: 1-2).


Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘Anhuma dan para ulama tafsir yang lain menjelaskan bahwa maksud dari malam yang sepuluh itu adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.
10 hari pertama bulan Dzulhijjah adalah hari-hari yang paling baik untuk menunaikan amal sholeh. Tentang keutamaan amal shaleh yang dikerjakan di hari-hari ini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

(( مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ - يعني العشر الأول من شهر ذي الحجة - قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ؟ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ)) .
Tiada hari-hari yang amal shalih di dalamnya paling dicintai oleh Allah dari pada hari-hari itu.” Yakni sepuluh hari itu (di bulan Dzulhijjah). Para shahabat bertanya: Wahai Rasulullah, tidak pula jihad di jalan Allah?. Beliau menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat dengan jiwa dan hartanya dan tidak kembali dengan membawa sedikitpun dari semua itu.” (HR. Bukhari).

Di antara rahasia keutamaan dan keagungan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah adalah karena di rentetan hari-hari inilah berbagai amalan besar umat Islam berkumpul. dan itu tidak terjadi kecuali hanya di hari-hari yang sangat agung ini. Shiyam Fardhu ada waktunya tersendiri, yakni di bulan Ramadhan. Tetapi ibadah-ibadah agung seperti Shalat, Shiyam, Haji, dan Zakat tidak mungkin berkumpul seluruhnya kecuali di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah yang sangat mulia di sisi Allah Ta’ala ini.
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga telah menjadikan hari-hari yang sepuluh ini sebagai musim untuk menunaikan ibadah haji ke Baitul Haram. Di antara hari-hari ini adalah Yaum Tarwiyah, yaitu hari kedelapan Dzulhijjah, dimana para jama’ah haji sedang bergegas menuju Mina seraya mengumandangkan Talbiyah untuk memulai pelaksanaan manasik haji yang agung. Selain itu juga ada Yaumu ‘Arafah, hari yang paling baik dari semua hari dimana matahari terbit dihari itu. Kemudian ada Yaum an Nahr, yaitu hari yang paling agung di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana telah Shahih dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwasanya beliau bersabda:

((أَعْظَمُ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمُ النَّحْرِ)) .
Hari yang paling agung di sisi Allah adalah Yaum an Nahr.” (HR. Al Hakim).

Inilah beberapa keutamaan dan keagungan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Nah, Apa yang telah kita persiapkan untuk menyambut hari-hari yang penuh berkah ini? Apakah hari-hari yang begitu agung ini akan kita lewati sebagaimana hari-hari seperti biasanya? Orang-orang yang memiliki keimanan yang jujur tentu akan menyambutnya dengan penuh kesungguhan, akan bertekad untuk memakmurkan hari-harinya dengan berbagai amal kebaikan, karena hari-hari ini adalah saat-saat terbaik untuk beramal sholeh dan bertaqorrub kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Lemahnya iman dan banyaknya dosa adalah sebab seseorang terhalang dari berbagai kebaikan. Dosa-dosa itu menyebabkan jalan-jalan kebaikan menjadi remang, menjadikan hati seseorang semakin enggan berbuat kebaikan meskipun di waktu-waktu yang diutamakan. Oleh karena itu, 10 hari pertama Dzulhijjah yang agung ini hendaknya kita sambut dengan Taubat Nashuha, Taubat dari berbagai dosa dan kelalaikan. Kita hadapkan diri sepenuhnya kepada Allah Jalla wa ‘Ala, dengan banyak berdo’a dan berdzikir kepada-Nya.

Dan tentu, hal terpenting yang harus kita jaga di hari-hari yang sepuluh ini adalah kewajiban-kewajiban agama, dan yang paling utama adalah Shalat wajib lima waktu. Para ulama mewasiatkan khususnya di hari-hari yang sepuluh ini dan juga di selainnya, agar setiap kaum muslimin lebih semangat menunaikannya di awal waktu, menjaga rukun-rukun dan segala hal yang diwajibkan dan disunnahkan dalam Shalat. Karena tidak ada amal yang paling dicintai Allah melebihi amalan-amalan yang telah diwajibkan-Nya atas para hamba-Nya. Allah berfirman dalam hadits Qudsi:

(( مَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ))
Dan tidaklah salah seorang hamba-Ku bertaqorrub kepada-Ku dengan sesuatu yang paling aku cintai daripada apa-apa yang telah aku wajibkan atasnya.” (HR. Bukhari).

Bila Shalat wajib lima waktu ini mampu kita jaga sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, lebih awal datang ke Masjid,  khusyu’ saat menunaikannya, duduk di Masjid dengan Thuma`ninah sesudahnya, seraya memohon pertolongan kepada Allah Jalla wa ‘Alaa dengan penjagaan kita terhadap kewajiban Shalat, maka niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan pertolongan-Nya sehingga kita berkemampuan untuk menunaikan berbagai amal kebaikan lainnya. Allah Jalla wa ‘Alaa berfirman:

(( وَاسْتَعِيْنُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاة ))
Mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan Shalat.” (Q.S. Al Baqoroh:45)

Selain itu, ibadah puasa juga disyareatkan di hari-hari pertama bulan Dzulhijjah karena masuk dalam keumuman sabda Nabi Shallallahu ‘Alahi wa Sallam. Puasa di hari-hari ini dikenal dengan Shiyam ‘Asyr Dzilhijjah, maksudnya puasa Sembilan hari di bulan Dzulhijjah, dan hari ke 10 tidak termasuk di dalamnya, karena berpuasa di Yaum an Nahr adalah haram. Pada hari ‘Arafah, tepatnya hari ke 9 Dzulhijjah bagi kaum muslimin yang tidak berkesempatan untuk berhaji ke Baitullah, maka disunnahkan bagi mereka untuk berpuasa. Maka jangan lewatkan puasa di hari yang agung ini karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bersabda tentang keutamaannya:

(( أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ))
Saya berharap kepada Allah, bahwa (Shaum ‘Arafah) akan menghapus (dosa-dosa) setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya.” (HR. Bukhari).

Amalan lain yang disyareatkan di bulan mulia ini adalah bertaqorrub kepada Allah dengan menyembelih hewan Udhhiyah di hari raya Iedul Adhha dan pada hari-hari tasyriq sesudahnya. Menyertai para jama’ah haji dalam amal agung yaitu Nahrul Hadaya, Allah Jalla wa ‘Alaa berfirman:

(( لَنْ يَنَالَ اللهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا، وَلَكِن يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُم))
Daging-daging Unta dan darah-darahnya itu sekali-kali tidak mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” (Q.S Al Hajj: 37).

‘Udhiyah adalah sunnah yang sangat dianjurkan (sunnah muakkadah). Bagi yang berkemampuan disyareatkan untuk berniat lebih awal sebelum memasuki bulan Dzulhijjah dan tidak mengakhirkan niatnya sampai menjelang ‘Iedul ‘Adha, karena memang ibadah ini memiliki keterikatan kuat dengan 10 hari pertanya Dzulhijjah yang agung, maka bagi kaum muslimin yang hendak menunaikannya tidak diperbolehkan untuk memotong kuku dan rambutnya sebaigai bentuk taqorrub kepada Allah ‘Azza wa Jalla sejak memasuki hari pertama Dzulhijjah hingga usai menyembelih ‘Udhiyahnya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

(( إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمْ العَشْرَ وَأَرَادَ أَحَدُكُم أَنْ يُضَحِّيَ فَلَا يَمَسَّ مِنْ شَعْرِهِ شَيْئًا))
Apabila salah seorang dari kalian memasuki hari yang sepuluh sedang ia berniat untk berudhiyyah, maka janganlah ia mencukur rambutnya sedikit pun.

Di hari-hari yang penuh berkah ini juga disyareatkan untuk memperbanyak amal-amal kebaikan seperti berbakti kepada orang tua, menyambung tali kekeluargaan, menjenguk orang sakit, bersedekah, menafkahi sanak saudara dan segala jenis perbuatan baik lainnya, karena semuanya masuk dalam keumuman sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang menyebut amal sholeh secara Ithlaaq.

(( مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ - يعني العشر الأول من شهر ذي الحجة - قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ؟ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ)) .
Tiada hari-hari yang amal shalih di dalamnya paling dicintai oleh Allah dari pada hari-hari itu.” Yakni sepuluh hari itu (di bulan Dzulhijjah). Para shahabat bertanya: Wahai Rasulullah, tidak pula jihad di jalan Allah?. Beliau menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat dengan jiwa dan hartanya dan tidak kembali dengan membawa sedikitpun dari semua itu.” (HR. Bukhari).

Maka apa pun jenis kebaikan yang hati kita terbuka untuk menunaikannya, maka bersungguh-sungguhlah untuk mengupayakannya sesegera mungkin di hari-hari yang agung dan penuh barokah ini. Karena boleh jadi, inilah kesempatan terakhir kita berjumpa dengan sepuluh hari yang mulia ini. Sungguh, penyesalan dan kerugianlah bagi mereka yang selalu menunda-nunda kebaikan. Semoga taufiq dan rahmat Allah Jalla wa ‘Alaa senantiasa menyertai kita sehingga 10 hari yang agung ini dapat kita jadikan sebagai tangga untuk menggapai kebaikan, menjadi momentum untuk meraup keuntungan akhirat, meraih keridhaan dan ampunan-Nya, amiin.

No comments:

Post a Comment