Saturday, September 12, 2015

Kebudayaan Politik Partisipan? Iya atau Tidak?

Setiap negara mempunyai budaya politik mereka masing-masing. Perbedaan membuat dunia politik menjadi lebih bewarna. Keseragaman hanya membuat dunia ini tambah “sumpek” dan tambah “butek”.  Mungkin memang sudah hakekatnya manusia hidup dalam perbedaan karena dari perbedaan tersebutlah suatu budaya politik lahir, bukan hanya satu melainkan banyak tapi hanya ada satu yang lebih baik dari yang lain yaitu budaya politik partisipan.
Untuk sekedar pengetahuan budaya politik partisipan merupakan budaya politik dimana masyarakat sudah secara sadar turut berpartisipasi dalam dunia politik tanpa diberi dorongan oleh instansi-instansi luar. Budaya politik partisipan juga menandakan bahwa masyarakat sudah mempunyai tingkat  intelejenisasi yang tinggi dan juga nasionalitas yang berakar.
            Kelebihan dari budaya politik partisipan adalah seperti yang telah dicanangkan sebelumnya bahwa masyarakat tersebut telah dianggap sebagai masyarakat yang cerdas dan mandiri selain itu hal ini juga dapat mengurangi korupsi yang terjadi di suatu negara karena masyarakat telah dapat membedakan mana yang salah dan mana yang benar. Selain hal-hal tersebut, kebudayaan tersebut dapat menciptakan masyarakat yang diliputi oleh pemimpin-pemimpin yang berbakat dengan keunikan tersendiri hasil dari buah pikiran mereka yang telah dipikirkan secara matang. Program-program negara juga dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan karena tidak ada pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan baik dalam perencanaannya dan pelaksanaannya. Alhasil dari perencanaan baik tersebut negara dapat tumbuh menjadi negara yang makmur dan sejahtera.
            Kelemahan dari kebudayaan politik ini adalah jika ada kesalahan di dalam sistemnya karena pada dasarnya kebudayaan politik ini mengacu kepada berpartisipasi kepada politik yang dianut suatu negara. Bagaimana jika politik yang dianut tersebut bertujuan kepada sesuatu yang mengarah negatif. Selain itu karena telah timbul kesadaran dari masyarakat dan seiring itu pula berkembangnya kecerdasan manusia. Maka dapat disimpulkan bahwa akan terjadi suatu pertikaian tertentu dimana satu individu atau kelompok bertentangan dengan individu atau kelompok lain.
            Dengan kelebihan dan kelemahan tersebut dapat dipastikan bahwa tidak ada budaya yang sempurna dan apa yang harus kita lakukan adalah merelakannya dan mengusahakan yang terbaik.Kebudayaan politik ini menurut saya merupakan terbaik dari yang terbaik maka patutlah bahwa kebudayaan politik ini disuntikkan ke masyarakat khususnya di Ibu Pertiwi ini, Indonesia.
            Di Indonesia menurut saya pada aktualitasnya kebudayaan ini semakin lama semakin berkurang. Penyebabnya bermacam-macam karena banyak sekali yang terjadi di negara ini. Bagaimana terjadinya merupakan hal yang lain.
            Pertama-tama menyebar bak kutu di rambut seorang pertapa tiba-tiba merambah ke seluruh masyarakat. Salah satu penyebabnya adalah faktor kekecewaan masyarakat kepada pemerintah yang tak mampu menyelesaikan masalah di Indonesia. Selain itu adalah waktu dimana aspirasi rakyat diborgol oleh instansi-instansi tertentu karena dapat mengancam kepentingan pribadi instansi-instansi tersebut
            Indonesia juga masih identik dengan budaya politik paternalisme dimana tujuan politk tersebut hanya istilahnya “membuat bapak senang”, tidak menempatkan kebenaran sebagai tujuan budaya politik tersebut.
            Maka dari itu budaya politik partisipan merupakan hal yang sulit tetapi mungkin untuk dilaksanakan di Indonesia karena pada dasarnya bangsa Indonesia merupakan bangsa yang hebat tetapi malu dalam mengungkapkannya. Salah satunya seperti pada zaman Soekarno dimana Indonesia pernah ditakuti oleh Amerika Serikat yang merupakan negara adidaya pada zaman itu.
Demikian coretan-coretan dari hati terdalam penulis. Maaf jika ada kesalahan ataupun yang tidak berkenan dalam kata-kata. Semoga dunia ini diliputi dengan perdamaian sampai akhir zaman. Amin. Penulis mengucapkan terimakasih.


Faris Primayudha/1506730395/Geologi







No comments:

Post a Comment