ibu.... aku mencintaimu
saat itu tangis terpecah diantara bau obat yang tidak terhindarkan, rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuh, mati adalah resiko yang harus ditebus demi mengeluarkan anugerah yang diberikan Sang Maha Pencipta. sedikit demi sedikit, mulai terlihat tubuh mungil yang berlumuran darah, dan akhirnya keluarlah Aku, berada di antara orang - orang yang menyayangiku, orang yang selama 9 bulan mengandungku tanpa rasa bosan dan lelah. setelah itu ia lemas tak berdaya, hanya tersenyum bahagia melihatku yang masih tidak tahu apa - apa. dialah Ibuku.
Kini aku punya identitas, aku punya nama, punya julukan dan aku punya dunia luas bersama orang yang mencintaiku sebelum aku mengerti apa itu arti hidup. suapan dan asupan terbaik diberikan olehnya, dia tidak peduli apa yang dia makan, dia mengistimewakan aku demi tumbuh kembangku. aku diayun, digendong, aku diajari merangkak, aku diajari berjalan seiring kasih sayangnya yang tak pernah kumengerti saat itu. aku tidak mau jauh dari dia, aku menangis ketika aku tidak melihatnya dan menyentuh tangan dan pundaknya, aku selalu seperti itu dan apapun yang sedang ia lakukan pasti berhenti hanya untuk mengusap dan menasihatiku yang hanya mengerti mimik wajahnya kalau dia akan selalu ada untuk ku.
ABCD, mama papa, 1234, aku mulai belajar itu, aku mulai mengeja dan berharap bisa bertanya sesuatu yang membuatku penasaran dengan apa yang ia ceritakan. kini aku bisa, aku selalu bertanya dia selalu menjawab, aku selalu meminta dia selalu memberi, kini aku manja dengan dia. tubuhku mulai besar, aku diantar ke sekolah demi menggapai apa itu masa depan. setelah menjemputku dia selalu menanyakan aktifitasku di sekolah, mengajariku apa yang tidak aku mengerti, menuntunku semakin kedepan hingga aku bisa mendapatkan apa yang aku cita - citakan. nilai ku bagus karena dia.
Kini aku remaja dia semakin tua, aku semakin banyak maunya dia semakin lemah mengabulkannya. aku merengek, marah dan ngambek ketika apa yang aku inginkan tidak dia turuti. dia memang selalu mengiyakan tetapi aku akan marah jika hanya perkataan yang ia janjikan, aku semakin tidak bisa berharap lagi dengan dia, disamping itu aku sibuk dengan belajar untuk menggapai masa depan. Aku selalu membutuhkannya, karena aku belum menjadi apa apa seperti yang ia ceritakan dan janjikan dulu.
Dewasa mulai kurasakan, aku merasakan apa itu cinta dan aku merasakan apa itu kasih sayang pada lawan jenis, aku mulai belajar apa itu pacaran, ibuku selalu melarang tetapi aku ingin jalankan, karena aku merasakan ketenangan ketika dekat dengan seseorang yang aku suka. hanya nasihat yang bisa ia lontarkan ketika tidak bisa mengaturku lagi. Dia sekarang lebih lemah daripada aku dulu, suaraku lebih keras darinya, suara dia selalu lirih lembut denganku. Malam minggu selalu kuhabiskan bersama orang yang aku cintai, orang yang baru menjanjikan kebahagiaan buatku dan aku lupa dengan dia yang tidak pernah berjanji tapi benar membahagiakanku.
umurnya kini menyusahkannya untuk melakukan apa yang dia inginkan, dia ingin aku hidup seperti ini tapi aku ingin seperti itu, aku hanya bisa membantu dia melakukan hal yang dulu dia selalu berikan untukku, aku bosan melakukannya, aku sibuk dengan pekerjaanku, aku tidak bisa menjaga dia diantara kesibukan pekerjaan yang menderaku. kini aku berkeluarga, dan dia semakin lemah di usia senjanya, dia selalu mengatakan kata indah tentang kehidupan, dia ingin dianggap ibu saja tanpa balasan sedikitpun, dia hanya berharap aku bahagia, dia menangis ketika aku sedang kesusahan, meskipun aku sering tidak menanggapinya, karena aku merasa lebih dewasa dan lebih pintar darinya.
kini dia meninggalkanku, dia hanya bisa berpesan sebelum kembali ke Tuhan, hanya pesan itu yang bisa ia berikan. Aku menyesal, dia yang selalu mengasuhku, mengantarku dan mengajariku segala sesuatu sampai aku menemukan hidupku. Aku hanya menghabiskan waktu dengan rutinitas yang tidak lebih berarti daripada memberi sedikit waktu untuk bisa membuat dia bahagia, walaupun itu tidak pernah ia inginkan. Tapi anakmu kini mengerti, kini aku mengerti bahwa kasih sayangmu tidak akan tergantikan, pengertianmu tidak ada yang melampaui dan kepergianmu tidak akan pernah aku lupakan. aku akan selalu mengenang kasih sayangmu, aku mengajari anak anakku, semoga kelak mereka lebih baik dari aku, walau itu hanya membalas senyuman disaat aku hanya bisa memberikan perkataan terakhir. Ibu.. aku mencintaimu.
ditulis oleh Ewin Rahman Dzuhri, Geofisika UI 2015
No comments:
Post a Comment