Saturday, September 19, 2015

Keluarga Kucing

Kucing merupakan salah satu hewan karnivora yang berada dalam satu genus dengan harimau dan lynx yaitu genus felis, dengan nama latin Felis domesticus. Walaupun tergolong karnivora, kucing tetaplah hewan jinak yang bisa dipelihara manusia dan aman untuk hidup berdampingan dengan mereka. Selama mereka terjauh dari virus rabies.
Saya pribadi, memiliki beberapa ekor kucing di rumah, sekitar sebelas ekor kucing rumahan. Mengapa kucing rumahan? Padahal banyak jenis kucing lain yang lebih lucu dan menggemaskan. Mempertimbangkan beberapa hal diantaranya biaya, tingkah laku, dan waktu perawatan, maka kucing rumahan lebih seru untuk dipelihara.
Pertama, biaya yang dikeluarkan jauh lebih kecil karena kucing rumahan atau kucing kampung tidak butuh makanan atau perawatan khusus. Makanan sehari-hari kucing saya di rumah adalah ikan tuna dan nasi, dibandingkan dengan makanan kucing tentu lebih murah.
Selain itu mereka juga cenderung lebih cerdas, mandiri dan tidak manja. Mereka mampu mengurus diri mereka sendiri dan juga anak-anaknya sehingga kita tidak perlu repot meluangkan waktu khusus untuk mengawasi meraka.
Sedikit penjabaran tentang keluarga kucing saya di rumah. Kucing tertua saya bernama Munyun. Dia merupakan kucing betina pemberian teman saya. Kenapa Munyun? Kerena nama aslinya adalah Sun-pemberian pemilik sebelumnya- maka saya menambahkan akhiran n setelah kata Munyu. Kucing berikutnya Munyuk, Munyus, Munyut, Munyuw, Munyuh, Hany (sedikit berbeda), cipai dan cipei (mereka berdua kembar), dan dua ekor lagi belum sempat saya beri nama.
Masing-masing nama punya sejarah tersendiri, akan tetapi akan terlalu panjang jika saya jelaskan sekarang. Maka penjabaran tentang nama-nama mereka akan saya jelaskan di artikel selanjutnya.
Tidak semua kucing saya yang tersebut di atas masih hidup, beberapa di antara mereka telah mati disebabkan beberapa hal yang angat menyedihkan. Namun saya juga tidak akan membahas tentang tragedi menyedihkan itu, melainkan kelakuan aneh yang ditunjukkan oleh para kucing yang ditinggalkan saat kucing yang mati saya makamkan.
Saya akan mengambil salah satu peristiwa ketika kematian Munyuw. Munyuw mati alibat tabrak lari dengan kondisi kepala luka parah. Saat pemakaman Munyuw, semua kucing yang ditinggalkannya berkumpul di depan liang yang sedang saya gali. Mungkin terdengar aneh mengingat hewan yang tidak punya kal melakukan semacam kebiasaan beruka yang manusia biasa lakukan saat ada kerabat mereka yang meninggal.
Namun saya menyaksikannya sendiri. Mereka mengelilingi pusara dan menunggu hingga proses pemakaman selesai. Terlihat kesedihan dari raut wajah mereka layaknya manusia. Mereka juga memiliki perasaan walaupun akal tidak.
Bahkan selama beberapa hari, nasu makan mereka tidaklah seperti biasanya. Mereka tidak lagi makan dengan lahap. Namun keadaan itu tentu tidak berlarut-larut karena mereka juga harus bertahan dengan hidup mereka selanjutnya.
Inti yang ingin saya sampaikan adalah, jika Anda selama ini berpikir bahwa hewan tidak mempunyai akal, maka itu bisa diterima. Namun jika Anda berpikir hewan tidak mempunyai perasaan, maka Anda salah besar kerena mereka memilkinya, bahkan mungkin lebih dalam dari kebanyakan manusia yang hidup di dunia ini.
Aulya Ulfah Rahmadhani-Geologi

No comments:

Post a Comment