Kucing
merupakan salah satu hewan karnivora yang berada dalam satu genus dengan
harimau dan lynx yaitu genus felis, dengan
nama latin Felis domesticus. Walaupun
tergolong karnivora, kucing tetaplah hewan jinak yang bisa dipelihara manusia
dan aman untuk hidup berdampingan dengan mereka. Selama mereka terjauh dari
virus rabies.
Saya pribadi,
memiliki beberapa ekor kucing di rumah, sekitar sebelas ekor kucing rumahan.
Mengapa kucing rumahan? Padahal banyak jenis kucing lain yang lebih lucu dan
menggemaskan. Mempertimbangkan beberapa hal diantaranya biaya, tingkah laku,
dan waktu perawatan, maka kucing rumahan lebih seru untuk dipelihara.
Pertama, biaya
yang dikeluarkan jauh lebih kecil karena kucing rumahan atau kucing kampung
tidak butuh makanan atau perawatan khusus. Makanan sehari-hari kucing saya di
rumah adalah ikan tuna dan nasi, dibandingkan dengan makanan kucing tentu lebih
murah.
Selain itu
mereka juga cenderung lebih cerdas, mandiri dan tidak manja. Mereka mampu
mengurus diri mereka sendiri dan juga anak-anaknya sehingga kita tidak perlu
repot meluangkan waktu khusus untuk mengawasi meraka.
Sedikit
penjabaran tentang keluarga kucing saya di rumah. Kucing tertua saya bernama
Munyun. Dia merupakan kucing betina pemberian teman saya. Kenapa Munyun? Kerena
nama aslinya adalah Sun-pemberian pemilik sebelumnya- maka saya menambahkan
akhiran n setelah kata Munyu. Kucing berikutnya Munyuk, Munyus, Munyut, Munyuw,
Munyuh, Hany (sedikit berbeda), cipai dan cipei (mereka berdua kembar), dan dua
ekor lagi belum sempat saya beri nama.
Masing-masing
nama punya sejarah tersendiri, akan tetapi akan terlalu panjang jika saya
jelaskan sekarang. Maka penjabaran tentang nama-nama mereka akan saya jelaskan
di artikel selanjutnya.
Tidak semua
kucing saya yang tersebut di atas masih hidup, beberapa di antara mereka telah
mati disebabkan beberapa hal yang angat menyedihkan. Namun saya juga tidak akan
membahas tentang tragedi menyedihkan itu, melainkan kelakuan aneh yang
ditunjukkan oleh para kucing yang ditinggalkan saat kucing yang mati saya
makamkan.
Saya akan
mengambil salah satu peristiwa ketika kematian Munyuw. Munyuw mati alibat
tabrak lari dengan kondisi kepala luka parah. Saat pemakaman Munyuw, semua
kucing yang ditinggalkannya berkumpul di depan liang yang sedang saya gali.
Mungkin terdengar aneh mengingat hewan yang tidak punya kal melakukan semacam
kebiasaan beruka yang manusia biasa lakukan saat ada kerabat mereka yang
meninggal.
Namun saya
menyaksikannya sendiri. Mereka mengelilingi pusara dan menunggu hingga proses
pemakaman selesai. Terlihat kesedihan dari raut wajah mereka layaknya manusia.
Mereka juga memiliki perasaan walaupun akal tidak.
Bahkan selama
beberapa hari, nasu makan mereka tidaklah seperti biasanya. Mereka tidak lagi
makan dengan lahap. Namun keadaan itu tentu tidak berlarut-larut karena mereka
juga harus bertahan dengan hidup mereka selanjutnya.
Inti yang
ingin saya sampaikan adalah, jika Anda selama ini berpikir bahwa hewan tidak
mempunyai akal, maka itu bisa diterima. Namun jika Anda berpikir hewan tidak
mempunyai perasaan, maka Anda salah besar kerena mereka memilkinya, bahkan
mungkin lebih dalam dari kebanyakan manusia yang hidup di dunia ini.
Aulya Ulfah Rahmadhani-Geologi
No comments:
Post a Comment